17 April 2011

HAJI

BAB I
PENDAHULUAN
A.‎ LATAR BELAKANG
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Berbeda dengan rukun-‎rukun yang lain, ibadah haji ini khusus diwajibkan oleh Allah kepada orang-‎orang yang mampu untuk menunaikannya, artinya mereka yang memiliki ‎kesanggupan biaya serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah ‎Allah tersebut.‎
Kewajiban melakasanakan haji ini baru disyari'atkan pada tahun ke-IV ‎hijriyah setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Nabi sendiri hanya sekali ‎melaksanakan haji yang kemudian dikenal dengan sebutan Haji Wada. ‎Kemudian tidak lama setelah itu beliau wafat.‎
Ibadah haji disamping sebagai ritual ibadah, juga merupakan media ‎penyampaian pesan dan pemberian kesan pendidikan terhadap perjalanan ‎kehidupan seseorang. Setiap amalan dan ritual yang ada dalam ibadah haji jika ‎dihayati akan memberikan pendidikan, hikmah dan kesan yang mendalam ‎kepada orang yang menunaikannya.‎
Dasar kewajiban ibadah haji ini terdapat dalam kitab suci al-Qur'an dan ‎hadist-hadist Nabi Muhammad Saw. Ritual-ritual yang ada dalam ibadah haji ‎tersebut juga disebutkan secara lengkap dalam beberapa ayat dan diperjelas ‎dengan penjelasan hadist Nabi. Selanjutnya ayat-ayat tersebut diperjelas dengan ‎diadakannya penafsiran oleh ulama-ulama ahli tafsir dengan berbagai metode ‎dan perspektif, termasuk perspektif pendidikan. ‎
Dengan mengerjakan ibadah haji seseorang akan dapat mengambil ‎berbagai I'tibar dan manfaat, baik yang bersifat materi ataupun hal-hal yang ‎bersifat maknawi. Yang kedua inilah yang lebih berkesan dan menambah ‎ketaqwaan serta keimanan bagi orang-orang yang melaksanakannya. Karena jika ‎Allah SWT mewajibkan berbagai syari'at dan larangan, maka hal tersebut tidak ‎akan lepas dari adanya hikmah dan pendidikan, baik yang tersirat maupun ‎tersurat.‎
B.‎ RUMUSAN MASALAH
‎1.‎ Apa saja ayat yang menjadi dasar ibadah haji dalam al-Qur'an?‎
‎2.‎ Apa sebab nuzul ayat-ayat tersebut dan hadist-hadist yang mendukung ‎tentang perintah ibadah haji?‎
‎3.‎ Apa pendidikan yang terkandung dalam ibadah haji?‎



BAB II
PEMBAHASAN
A.‎ DASAR AYAT AL-QUR'AN
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. ‎Menurut etimologi bahasa Arab kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, ‎maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan ‎tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu dan ‎pada waktu-waktu tertentu pula. Haji diwajibkan atas setiap muslim yang merdeka, ‎baligh ,dan mempunyai kemampuan, dalam seumur hidup sekali
Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain ‎Ka'bah dan Mas'a (tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang ‎dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal ‎sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amalan tertentu dalam ‎ibadah haji ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit ‎di Mina, dan lain-lain. ‎
Dalam al-Qur’an di jelaskan bahwa ibadah haji di wajibkan bagi orang-orang ‎yang mampu, mampu disini dapat diartikan mampu mengerjakan haji dengan sendiri ‎yang meliputi menpunyai bekal yang cukup, ada kendaraan yang dipakai, aman ‎perjalanannya, dan bagi perempuan hendaklah bersama Mahramnya. Dalam surat ‎Ali ‘Imran disebutkan:  ‎
‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏••‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏   ‏
Artinya:‎
‎“Di sana terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. ‎Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; Dan (di ‎antara)kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ‎ke baitulllah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ‎kesana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa ‎Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”(Qs: Ali ‎‎‘Imran ayat 97).‎
Dalam surat al-Baqarah ayat 96-97 juga di sebutkan: ‎
‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏   ‏
Artinya:‎
‎"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu ‎terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) ‎korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, ‎sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di ‎antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), ‎Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau ‎berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ‎ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ‎ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak ‎menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa ‎tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang ‎kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban ‎membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di ‎sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota ‎Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah ‎sangat keras siksaan-Nya" (al-Baqarah: 96)‎

‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏   ‏
Artinya:‎
‎"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang ‎menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak ‎boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa ‎mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya ‎Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal ‎adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal." ‎‎(al-Baqarah:97)‎
Dalam ayat tersebut Allah telah memerintahkan kaum muslimin agar ‎menyempurnakan Haji dan um’rah serta menjalankan ibadah secara sempurna ‎semata-mata karena Allah SWT. Apabila orang mukmin yang lagi ihram terhalang ‎untuk menyempurnakan ibadah yang di sebabkan oleh musuh atau sakit atau ‎memang dia ingin bertahallul (melepaskan ihramnya, maka wajib bagi dia untuk ‎menyembelih binatang yang sekiranya ringan baginya berupa unta, sapi, atau ‎kambing. Allah SWT melarang mencukur dan tahallul sebelum hadiah sampai pada ‎tempat di mana halal menyembelihnya. Adapun bagi orang yang sakit atau ada ‎penyakit di kepalanya, maka dia di perbolehkan bercukur dan wajib bagi dia untuk ‎membayar fidyah (denda). Adakalanya puasa tiga hari, atau menyembelih kambing, ‎atau pula bersedekah kepada enem orang miskin. Tiap-tiap orang miskin satu fidyah ‎atau satu Sha’ berupa makanan. ‎

B.‎ ASBABUN NUZUL AYAT DAN HADIST YANG MENDUKUNG
‎1.‎ Surat Al-Baqarah ayat 196‎
Thabrani berkata sebagaimana termuat dalam Majma' al Bahrain min ‎Zawaid al Mujma'in: Ahmad telah menceritakan kepada kami, Muhammad ‎bin Sabiq telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahaman telah ‎menceritakan kepada kami dari Abi Zubair dari 'Atha bin Abi Rabah dari ‎Shafwan bin Ya'la bin Umayyah dari bapaknya ia berkata: "Wahai ‎Rasulullah! Apa yang engkau perintahkan kepadaku dalam umrahku?" Lalu ‎Allah menurunkan ayat ‎‏ وأتموا الحج والعمرة لله‎ "dan sempurnakanlah ‎ibadah haji dan umrah karena Allah". ‎
Maka Rasulullah SAW bertanya: "Siapa yang bertanya tentang ‎umrah?" Ia berkata: "aku wahai rasul". Rasulullah bersabda: " tinggalkanlah ‎pakaianmu dan mandilah serta beristinsyaq semampunmu. Apa yang kamu ‎lakukan pada waktu haji maka lakukanlah pada umrahmu".‎
Al Haitsami berkata dalam Majma' az Zawaid dari Ya'la bin Umayyah ‎ia berkata: "seseorang telah dating kepada Rasulullah SAW dalam keadaan ‎badannya telah diberi wangi-wangian dan telah memakai ihram umrah. Ia (al ‎Haitsami) menyebutkan hadist lalu berkata : "diriwayatkan oleh Thabrani ‎dalam al Ausath dan perawinya perawi ash shahih."‎
Imam bukhari berkata dalam shahihnya: " Abu Nu'aim telah ‎menceritakan kepada kami, Saif telah menceritakan kepada kami, ia berkata: ‎Mujahid telah menceritakan kepadaku, ia berkata: "aku mendengar ‎Abdurrahman bin Laila berkata bahwasannya Ka'ab bin 'Ujrah telah ‎menceritakan kepadanya, ia berkata: "di Hudaibiyyah, aku berdiri disamping ‎Rasulullah SAW, sementara kutu berjatuhan dari kepalaku. Beliau berkata : ‎‎"apakah itu mengganggu kepalamu". Aku berkata: "Ya". Beliau bersabda: ‎‎"cukurlah rambutmu atau cukurlah!", ia berkata "ditunjukkan kepadaku ayat ‎ini: ‎
‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏
Lalu Nabi berkata: "berpuasalah tiga hari atau bersedekahlah dengan ‎dengan beberapa gantang kepada enam orang atau berkurbanlah dengan ‎mudah (kamu dapatkan)".‎
‎2.‎ Surat Al-Baqarah ayat 197‎
Imam bukhari berkata: "Yahya bin Basyir telah menceritakan kepada ‎kami, Syababah telah menceritakan kepada kami dari Warqa' dari Amr bin ‎Dinar dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata: "Ahlul Yaman berhaji dengan ‎tidak membawa bekal, mereka mengatakan : "kami orang-orang yang ‎bertawakkal". Nyatanya saat mereka tiba di madinah, mereka meminta-minta ‎kepada manusia. Maka Allah menurunkan firmannya:‎
•‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏
Artinya:‎
‎"berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ‎taqwa". Diriwayatkan oleh ibnu uyainah dari amr dari ikrimah ‎dengan mursal.‎
Diantara hadist-hadist yang menjelaskan hukum kewajiban ibadah haji ‎adalah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad dan Nasa’i yang berbunyi:‎
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجُّ فَحَجُّوْا. فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلُّ عَامٍ يَا رَسُوْلَ الله؟ ‏فَسَكتَ حَتَّي قَالَهَا ثَلاَثًا، فَقَالَ النبيُّ صلي الله عليه وسلم: لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا ‏اسْتَطَعْتُمْ. (رواه مسلم و أحمد ونسئ‎(‎


Artinya:‎
‎“Hai manusia, Allah telah mewajibkan haji kepadamu, maka ‎laksanakanlah haji. Seorang laki-laki berkata, “apakah setiap tahun ya ‎Rasulullah?” Rasulullah terdiam, hingga laki-laki itu bertanya tiga kali, ‎lalu Nabi menjawab, “andai kukatakan wajib setiap tahun maka ia ‎menjadi wajib dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya”. (HR. ‎Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)‎
Keutamaan ibadah haji juga diterangkan dalam hadits yang berbunyi:‎
مَنْ حَجَّ لِلهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَومٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ‎ ‎
‏ (رواه البخاري و مسلم‎(‎
Artinya:‎
‎“Barangsiapa yang melaksankan haji karena Allah, tidak melakukan ‎rafats (berkata-kata kotor) dan tidak fusuq (durhaka), maka ia kembali ‎suci dari dosa seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.” ‎‎(HR. Bukhari dan Muslim)‎
Dalam hadits yang diriwayatkan dari siti aisyah juga dijelaskan:‎
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤمِنِينَ رضي الله عنها قَالَتْ: قُلْتُ يا رسولَ اللهِ أَلَا نَغْزُو وَنُجَاهِدُ ‏مَعَكُمْ؟ فقال لَكِنَّ أَحْسَنَ الْجِهَادِ وَأَجْمَلَهُ اَلْحَجُّ، حَجٌّ مَبْرُوْرٌ. فقالتْ عائشةُ: فَلَا أَدَعَ ‏الْحَجَّ بَعْدَ إِذْ سَمِعْتُ هذَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلي الله عليه وسلم. (رواه البخاري‎(‎
Artinya: ‎
Aisyah r.a berkata: aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Tidakkah ‎kami ikut berperang dan berjihad bersamamu?. Rasulullah menjawab: ‎‎“Tetapi jihad yang lebih baik dan sempurna yaitu mengerjakan haj, haji ‎mabrur,” Aisyah berkata, “sejak itu aku tidak pernah meninggalkan haji ‎‎(setiap tahun), setelah mendengar berita ini dari Rasulullah” (HR. ‎Bukhari).‎


C.‎ PENDIDIKAN DALAM IBADAH HAJI
Bila Allah SWT memberikan suatu syari’at, yakni perintah dan larangan, ‎tentu ada hikmah atau makna yang menjadi motivasi atau penyebab mengapa hal ‎itu diperintahkan? Atau mengapa hal itu dilarang?. Dalam setiap perintah ‎tersebut pastilah ada suatu hikmah dan pendidikan yang dapat kita petik ‎mengimplementasikannya dalam kehidupan kita. Dalam firman Allah ‎disebutkan:‎
‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏   ‏
Artinya: Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-‎syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati. (Qs. al-Hajj:32)‎
‎ Diantara hikmah pendidikan yang dapat kita petik beberapa ritual dalam ‎ibadah haji  diantaranya:‎
a.‎ Pakaian Ihram ‎
Dalam pakaian ihram warna tidak menjadi prinsip, namun yang menjadi ‎prinsip adalah tidak berjahit. Hal tersebut menunjukkan pemakainya supaya ‎melepaskan diri dari sifat-sifat buruk yang lekat dalam dirinya, seperti merasa ‎bangga, suka pamer, sombong dan takabbur. Lebih jauh lagi adalah timbul ‎rasa merendahkan diri dan hina dihadapan Tuhannya, dan rasa tidak memiliki ‎kekuatan apapun sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsy Allah ‎berfirman: “wahai manusia sesungguhnya engkau kelaparan. Aku-lah yang ‎memberimu makan. Sesungguhnya engkau telanjang, Aku-lah yang memberi ‎pakaian.” , Firman Allah ‎
‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏•‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏   ‏
‎“ Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ‎ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujurat: ‎‎13).‎
b.‎ Berihram ‎
Berihram merupakan niat, yaitu niat memasuki ibadah haji atau umrah ‎sebagai pemenuhan atas panggilan Allah SWT. Menanggalkan segala ‎kebesaran dan kemewahan, jabatan dan kesibukan duniawi untuk ihlas dan ‎pasrah demi memnuhi panggilan Allah.‎
c.‎ Talbiyah. ‎
Talbiyah merupakan panggilan Allah kepada seseorang untuk senantiasa ‎dengan ikhlas memneuhi panggilan Tuhannya. Jamaah haji yang ‎mengumandangkan talbiyah melahirkan pernyataan tunduk mutlak kepada ‎petunjuk-petunjuk Allah, atas dasar keyakinan secara sadar bahwa sikap ‎demikian itu akan membawa keberuntungan bagi manusia itu sendiri ‎sekaligus malahirkan kesatuan kemanusiaan diantara sesama jamaah haji yang ‎berkewajiban mengabdi kepada-Nya.‎
d.‎ Thawaf ‎
Thawaf membawa makna maknawi berputar pada poros bumi yang paling ‎awal dan palin dasar. Perputaran tujuh keliling bisa diartikan sama dengan ‎jumlah hari yang beredar mengeliilingi kita dalam setiap minggu. Lingkaran ‎putaran ka’bah merupakan arena pertemuan dan bertemu dengan Allah yang ‎dikemukakan dengan do’a dan dzikir dan selalu dikumandangkan selama ‎mengelilingi Ka’bah agar kita mengerti dan menghayati hakikat Allah dan ‎manusia sebagai mahluknya, hubungan mahluk dan pencipta dan ‎ketergantungan manusia akan Tuhannya. ‎
e.‎ Sa’I ‎
Pelaksanakan Sa’i merupakan pelestarian pengalaman siti Hajar yang ‎mencari air minum untuk anaknya diantara bukit shafa dan marwah. Diantara ‎hikmah yang perlu dicerna dalam ritual ini adalah memberikan makna sikap ‎optimis dan usaha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakkal kepada ‎Allah SWT. Dalam sa’I disyari’atkan Ramal, yaitu berjalan cepat (setengah ‎lari) yang menunjukkan kekuatan dan kebesaran kaum muslimin serta ‎keluhuran agama mereka. Sekaligus menakut-nakuti orang orang musyrik dan ‎kafir pada waktu itu. Dalam hadits Rasulullah bersabda “semoga Allah ‎mengasihi seseorang yang memperlihatkan kekuatan dirinya kepada ‎mereka”.‎
f.‎ Bercukur
Perintah untuk bertahallul adalah agar kotoran yang melekat pada rambut ‎menjadi hilang karena rambut kepala berfungsi menjaga otak dari berbagai ‎penyakit. Mencukur wajib bagi laki-laki sedangkan perempuan tidak, dalam ‎hadits dikatakan “tidak wajib atas perempuan mencukur rambutnya, tetapi ‎wajib memendekkannya” (HR. Ibnu Abbas)‎
g.‎ Wukuf
Wukuf di arafah menandai muncak dari ibada haji sebagaimana hadits ‎Nabi “haji adalah (wukuf) di Arafah” (H.R. Bukhari dan Muslim). Di padang ‎arafah  seluruh jamaah haji dari segala penjuru dunia berkumpul di tempat ‎yang dilambangkan sebagai maqam ma’rifah ini dengan satu kesamaan ‎tujuan, tidak ada perbedaan kaya atau miskin, hitam atau putih, orang biasa ‎atau pejabat. Arafah menjadi wahana syi’ar haji yang paling penting diambil ‎dari kata ta’aruf yang artinya saling mengenal. Setelah wukuf dilakukan, ‎jama’ah haji merasakan bebas dari beban dosa kepada Allah, yakin do’a ‎dikabulkan, dorongan untuk melakukan kebaikan lebih banyak terasa sangat ‎kuat, dan rahmat Allah pun dirasakan menentramkan jiwanya. Dalam hadits ‎Nabi bersabda “aku berlindung kepada Allah SWT dari (godaan) syetan yang ‎terkutuk. Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba ‎dari neraka selain dari hari Arafah”. (HR. Muslim).‎
h.‎ Melontar Jumrah ‎
Ritual ini mempunyai hikmah yang yang besar sekali. Dimaksudkan ‎sebagai lambang lemparan terhadap iblis yang dilaknat oleh Allah. Diantara ‎hikmah melempar jumrah adalah untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim beserta ‎anak dan istrinya yang melempari iblis yang selalu menggodanya untuk tidak ‎melaksanakan perintah Allah.‎
i.‎ Menyembelih qurban ‎
Disamping meneladani nabi Ibrahim, dalam ritual ini mengandung ‎hikmah: ‎
‎1.‎ Memperlihatkan ketaatan yang sempurna kepada Allah Yang Maha ‎Agung. ‎
‎2.‎ Bersyukur kepada Allah berupa nikmat tebusan. ‎
j.‎ Thawaf Wada’ ‎
Dalam thawaf wada’ atau tawaf perpisahan ini ada bebrapa hal yang ‎yang dapat dihayati antara lain:‎
‎1.‎ bersyukur kepada Allah atas rahmad-Nya sehingga dengan itu semua ‎pekerjaan Haji atau Umrah dapat diselesaikan dengan baik dan ‎semaksimal mungkin.‎
‎2.‎ mengharap kepada Allah agar semua amal Ibadah yang dikerjakan, ‎tenaga, waktu, uang dan dana yang dikeluarkan untuk melaksanakan ‎ibadah haji atau umrah benar-benar mabrur disisi Allah. ‎
‎3.‎ berdo’a dalam thawaf wada’ agar selama perjalanan pulang diberikan ‎perlindungan dan keselamatan sampai tujuan.‎
‎4.‎ mengulangi ibadah yang boleh diulang-ulang sebagaimana pertemuan ‎dengan ka’bah ini akan menimbulkan kenikmatan tersendiri, selain ‎memperoleh balasan pahala.‎
‎5.‎ salah satu yang didambakan pasangan suami istri adalah keturunan ‎dan generasi yang diridhai Allah. Sebagaimana terkandung dalam ‎surat Al-Baqorah ayat 128 yang artinya: “ya Tuhan kami, jadikanlah ‎kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan ‎jadikanlah diantara anak cucu-cucu kami umat yang tunduk patuh ‎kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-‎tempat ibadah haji kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha ‎Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.‎

BAB III
KESIMPULAN
‎1.‎ Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang diwajibkan atas setiap muslim ‎yang merdeka, baligh ,dan mempunyai kemampuan, dalam seumur hidup sekali. ‎dasar kewajiban haji disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya dalam ‎surat Ali ‘Imran ayat 97 dan Al-Baqarah ayat 196-197, dalam ayat ini Allah ‎mewajibkan Haji dengan memerintahkan untuk menyempurnakan ibadah haji dan ‎umrah yang berarti perintah untuk menunaikan dan melaksanakan kedua ibadah ‎tersebut secara sempurna dan tuntas, baik rukun-rukun dan segala ritual yang ada di ‎dalamnya.  ‎
‎2.‎ Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu ‎untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Banyak sekali hadits-‎hadits yang berisikan penjelasan tentang ibadah haji ini, baik mengenai hukumnya, ‎ritual, keutamaan, dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Diantara hadits ‎tersebut adalah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad dan Nasa’i ‎tentang kewajiban ibadah haji. ‎
‎3.‎ Diantara pendidikan yang dapat kita petik dalam ibadah haji yang diharapkan ‎pendidikan tersebut dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita dapat ‎disimpulkan antara lain:‎
a.‎ Mengajarkan tentang ketundukan dan kepatuhan kepada perintah Allah.‎
b.‎ Mengajarkan untuk bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah kepada kita ‎yang berupa keluasan rizqi dan kesehatan jasmani.‎
c.‎ Haji menempa jiwa agar memiliki semangat juang tinggi dalam mencapai ‎ketaqwaan kepada Allah. ‎
d.‎ Mengajarkan akan persamaan antar muslim di sisi Tuhan, baik yang kaya ‎maupun yang miskan, yang hitam dan yang putih dan sebagainya. Karena Allah ‎hanyalah akan memandang mereka dari tingkat ketakwaan seorang hamba.‎
e.‎ Haji juga mengajarkan keimanan yang menyentuh jiwa dan mengarahkannya ‎pada Tuhan dengan sikap taat dan menghindari kesenangan duniawi.‎

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Muchtar, 1996, Tafsir Ayat-Ayat Haji Telaah Intensif Dari Pelbagai Mazhab, ‎Bandung: Mizan
Depag RI, 2005, Hikmah Ibadah Haji, Jakarta: DEPARTEMEN AGAMA RI ‎DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN ‎PENYELENGGARAAN HAJI
Depag, 2004, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro ‎
H. Moh Zuhri dan M Qodirun ,Rawai’ulbayan Tafsir ayat ayat hukum Jilid I ( Semarang ‎‎, CV Andi Gravika )‎
Hamka, 1983, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas.‎
Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wada’i, As Shahih Al Musnad Min Asbab An Nuzul, ‎terjemah oleh Imanuddin kamil, 2007, Jakarta: Pustaka as-Sunnah
Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terjemah oleh M Thalib, 1986, ‎Yogyakarta: SUMBER ILMU

[Read More...] - HAJI

30 Maret 2011

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

BAB I

PENDAHULUAN

Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Sebagai umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah.

Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah pendidikan islam berkembang pesat.

BAB II

PEMBAHASAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

1.Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah

Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:

   1. Periode Makkah
   2. Periode Madinah

   1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya[1].

Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah[2].

Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.

Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[3].

Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.

Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya[4].

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:

   1. Pendidikan Keagamaan

Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.

   2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah

Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.

   3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti

Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.

   4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.

Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[5]

   2. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah

Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.

Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:

   1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.

Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:

   1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
   2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
   3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
   4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at

Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]

   2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.

Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

   3. Pendidikan anak dalam islam

Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:

    * Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
    * Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
    * Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[9]

Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

   1. Pendidikan Tauhid
   2. Pendidikan Shalat
   3. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
   4. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
   5. Pendidikan kepribadian[10]
   6. Pendidikan kesehatan
   7. Pendidikan akhlak.[11]

Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:

    * Periode kota Makkah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

    * Periode kota Madinah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

   3. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW

Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.

Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:

   1. Makkah

    * Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
    * Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.

   2. Madinah

    * upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
    * Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
    * Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:

   1. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
   2. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
   3. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[12]

   4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan

Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.

Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.

Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:

   1. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
   2. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[13]

2.Pendidikan Islam Pada Masa Kulafa al-Rasyidin

Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.[14]

Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:

   1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq

Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.[15]

Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

   2. Masa Khalifah Umar bin Khattab

Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.

Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.[16]

Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.

   3. Masa Khalifah Usman bin Affan.

Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.

Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.[17]

Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.

   4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.[18]

Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:

   1. Makkah
   2. Madinah
   3. Basrah
   4. Kuffah
   5. Damsyik (Syam)
   6. Mesir.[19]

   5. Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin (632-661M./ 12-41H)

Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.

Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:

   1. Membaca dan menulis
   2. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
   3. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya

Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:

   1. Berenang
   2. Mengendarai unta
   3. Memanah
   4. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.

Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:

   1. Al-qur’an dan tafsirnya
   2. Hadits dan pengumpulannya
   3. Fiqh (tasyri’)[20]

BAB III

KESIMPULAN

    * Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
    * Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
    * Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.

Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008

Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992

Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008

[1]

[1] (Q.S. Al-Alaq: 1-5)

[2] (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)

[3] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Hal 6

[4] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008. Hal 28

[5] Dra.Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 27

[6] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, 1992 Persada,2008. Hal 26

[7] Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 37

[8] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Hidakarya Agung, 1992. hal 16

[9] Dra.Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara cet.9,2008 hal 55

[10] Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008 hal 58

[11]Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1992.hal 18

[12] Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 135-136

[13] Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press 2005 hal 24

[14] Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988. Hal 121

[15] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 45

[16] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 48

[17] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 49

[18] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 50

[19] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1992.hal 33

20Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 137

[20]


sumber: makalah kelompok 1 SPI 2 ,Kelas 3D UIN Jakarta.

[Read More...] - PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

27 Maret 2011

materi psikologi pendidikan

arti penting psikologi pendidikan
  1. mengarahkan perkembangan anak didik
  2. membantu adaptasi anak didik
  3. menentukan PBM yang efektif
  4. memahami kesulitan2 belajar
  5. bekal memahami gejala-gejala kejiwaan dalam PBM
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
  1. pemabwaan(nativisme: schopenhauer)
  2. lingkungan(empiris/ tabularasa:john locke)
  3. gabungan(convergensi: william stern)
langeveld menyatakan bahwa perkembangan individu berdasar pada faktor
  • biologis
  • ketidakberdayaan
  • perlindungan/keamanan
  • penjelajahan
teori dan hukum perkembangan
  1. hukum irama dan tempo perkembangan
  2. masa peka
  3. rekapitulasi
  4. masa menentang
  5. penjelajahan/penemuan
ciri-ciri perkembangan
  1. directional: terlibat dalam hampi semua t.l(berbahasa)
  2. cumulativ tergantung pada kemampuan sebenarnya
  3. mampu membedakan respon sesuaib dengan perangsangnya:(menangis:







[Read More...] - materi psikologi pendidikan

25 Maret 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIFITAS SISWA

BAB I
PENDAHULUAN

A.‎    Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita sekarang ini ‎adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, ‎anak kurang didorong untuk mengembangkan kemempuan berpikir. Proses ‎pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemempuan anak untyuk ‎menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun ‎berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya ‎itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika ‎anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi ‎mereka miskin aplikasi.‎
Mengajar bukan sekedar menyampaikan materi kepada peserta didik. ‎Mengajar merupakan suatu proses mengubah perilaku siswa baik secara ‎intelektual, sikap maupun keterampilan yang dimiliki kearah yang diharapkan. ‎Untuk itu seorang guru harus memiliki kemampuan khusus dalam merancang ‎dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap ‎cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa. ‎Itulah sebabnya guru dapat dikatakan sebagi pekerjaan professional.‎
Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran di ‎sekolah adalah memilih atau menetapkan strategi pembelajaran yang resmi ‎dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajaran yang akan ‎dicapai oleh siswa. Agar hal ini tercapai guru harus memiliki kemauan dan ‎kemampuan yang memadai untuk mengembangkan atau menetapkan strategi ‎pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pengajaran. Dengan adanya srtategi ‎pembelajaran diharapkan peserta didik kita akan menjadi lebih baik dan dapat ‎dengan mudah menerima pembelajarannya, serta dapat langsung di ‎implikasikan dalam kehidupan sehari-hari.‎
 
B.‎    Rumusan Masalah
‎1.‎    Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?‎
‎2.‎    Bagaimana jenis-jenis atau  model-model strategi pembelajaran?‎
‎3.‎    Bagaimana prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran?‎
‎4.‎    Bagaimanakah konsep pembelajaran berorientasi aktifitas siswa?‎
‎5.‎    Bagaimanakan peran guru dalam implementasi pembelajaran berorientasi ‎pada siswa?‎

BAB II
PEMBAHASAN

‎1.‎    Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan ‎sebagai seni dalam merancang(operasi) peperangan, terutama yang erat ‎kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi perang yang ‎dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Kata ‎strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atauStrategus. Strategos berarti ‎jenderal atau berarti pula perwira Negara (state officer). Jenderal inilah yang ‎bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya ‎untuk mencapai kemenangan.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:121).‎
Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu ‎lain, termasuk bidang ilmu pendidikan, dalam kaitannya dengan belajar ‎mengajar, pemakain istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru ‎dalam menciptakan suatu sitem lingkungan yang memungkinkan tejadinya ‎proses mengajar.‎
Pengertian Strategi pembelajaran cukup beragam walaupun pada ‎dasarnya sama. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah ‎suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif ‎kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Secara spesifik ‎Sherly (1987) merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan ‎bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai ‎tujuan.‎
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu ‎kegitan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan ‎pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick and Carey (1985) ‎menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan ‎prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk ‎menimbulkan hasi belajar pada siswa.‎
Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu dicermati.Pertama, ‎setrategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) ‎termasuk penggunaan metode dan pemamnfaatan sumber daya atau kekuatan ‎dalam pembelajaran.Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, ‎artinya arah tujuan dari penyusunan langkah-langkah strategi adalah ‎pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi, perlu ‎dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan ‎adalah roh dari implementasi strategi.‎
‎2.‎    Model – Model Strategi Pembelajaran
Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang ‎tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses ‎beljar-mengajar dengan sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan dalam ‎proses beljar-mengajar dibawah ini ada beberapa strategi pembelajaran sebagai ‎metode untuk proses belajar-mengajar.‎
‎1.‎    Metode Ceramah.‎
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan ‎penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah ‎untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu ‎seperti gambar, dan audio visual lainnya. Peranan siswa dalam metode ini ‎adalah mendengarkan dengan teliti dan mencata pokok penting yg ‎dikemukakan oleh guru.‎
Agar ceramah itu menjadi metode yang baik pelu diperhatikan hal ‎berikut:‎
a)‎    Metode ceramah digunakan jika jumlah khalayak cukup banyak
b)‎    Metode ceramah digunakan jika akan memperkenalkan materi ‎pelajaran baru
c)‎    Metode ceramah digunakan khalayaknya telah mampu menerima ‎informasi melalui kata-kata
d)‎    Diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual ‎lainnya.‎
e)‎    Guru harus berlatih dahulu
‎2.‎    Metode Tanya – Jawab (Respons)‎
Metode Tanya jawab adalah suatu metode didalam pendidikan dan ‎pengajaran dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan ‎materi yang ingin diperolehnya, metode Tanya jawab dilakukan agar:‎
a)‎    Sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan
b)‎    Sebagai selingan dalam pembicaraan
c)‎    Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada ‎masalah yang sedang diberikan
d)‎    Untuk mengarahkan proses berfikir
‎3.‎    Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan ‎masalah untuk mengambil kesimpulan. Adapun manfaatnya antara lain:‎
a)‎    Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berfikir
b)‎    Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap ‎dan aspirasinya secara bebas
c)‎    Peserta didika belajar toleran terhadap teman-temannya
d)‎    Menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan peserta didik. dll ‎
‎4.‎    Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)‎
Metode ini sering juga disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode ‎dimana murid diberi tugas diluar jam pelajaran. Dalam pelaksanaanya ‎metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah ‎tetapi dapat diperpustakaan, dilaboratorium, dan sebagainya untuk di ‎pertanggung jawabkan, metode ini dilakukan:‎
a)‎    Guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima ‎anak lebih meyakinkan
b)‎    Untuk mengaktifkan peserta didik mempelajari sendiri suatu maslah ‎dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan ‎mencoba sendiri
c)‎    Agar peserta didik lebih rajin

‎5.‎    Metode Demontrasi dan Eksprimen
Metode demontrasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang ‎lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh ‎kelas suatu proses, misalnya proses cara mengambil wuduk,proses jalannya ‎sholat dua rakaat dan sebagainya
Metode eksprimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid ‎brsama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang ‎diketahui, misalnya murid mengerjakan sholat jumaat,merawat jenazah dan ‎sebagainya. Metode ini dilakukan:‎
a)‎    Peserta didik menunjukkan ketrampilan tertentu
b)‎    Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab penggunaan ‎bahasadapat lebih terbatas
c)‎    Untuk membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya ‎suatu proses dengan penuh perhatian sebab akan menarik.‎
‎6.‎    Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah ‎kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang ‎didalamnya terdapat adanya hubungan timbale balik antar individu serta ‎sikap saling percaya.‎
‎7.‎    Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan ‎cara bertingkah laku dalam hubungan social, sedangkan bermain peranan ‎menekankan kenyataan dimana para murid diikut sertakan dalam permainan ‎peranan didalam mendemontrasikan masalah-masalah social.‎
‎8.‎    Metode Karyawisata
Metode karya wisata sering diberi pengertian sebagai suatu metode ‎pengajaran yang dilaksanakan dengan cara bertamasya diluar kelas. Dalam ‎perjalanan tamasya ada hal-hal tertentu yang telah direncakan oleh guru ‎untuk didemonstrasikan pada anak didik, di samping hal-hal yang secara ‎kebetulan ditemukan dalam tamasya tersebut.‎

‎9.‎    Metode Mengajar Beregu ‎
Adalah salah satu cara menyajikan bahan pelajaran  yang dilakukan ‎bersama oleh dua orang atau lebih kepada kelompok pelajar untuk mencapai ‎tujuan pengajaran. Guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode ‎ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dan dalam waktu yang sama ‎pula.‎
Apabila pertentangan informasi keterangan itu muncul pada waktu ‎pengajaran berlangsung, maka anggota tim berusaha untuk menyatukan ‎pendapat, tetapi bagi kelompok pelajar yang diperkirakan sudah dewasa dan ‎sudah dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah.‎
‎10.‎    Metode Proyek(unit)‎
Adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran di organisasikan ‎sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat ‎yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah, adapun factor-faktor ‎yang harus diperhatikan
a)‎    Sesuai dengan minat,kebutuhan dan pengalaman pelajar
b)‎    Setaraf dengan dengan kematangan
c)‎    Merangsang serta memberikan kesempatan kepada para pelajar ‎untuk menggunakan pikirannya untuk berkreasi dan sudah ‎terencana.‎
‎3.‎    Prinsio-Prinsip Strtegi Pembelajaran
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah tidak semua ‎strategi cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. ‎Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan guru harus mampu ‎memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu, guru ‎harus memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran ‎sebagi berikut:‎
‎1)‎    Mengajar harus bedsarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, ‎apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan ‎yang akan di ajarkan, hal ini sangat penting agar proses bvelajar ‎mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.‎
‎2)‎    Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis, ‎hal ini dapat menarik minat sekaligus memotivasi belajar.‎
‎3)‎    Mengajar harus mempehatikan individual siswa.‎
‎4)‎    Kesiapan (readinees) dalam belajar sangat penting dijadikan ‎landasan mengajar.‎
‎5)‎    Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
‎6)‎    Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.(Dr. ‎Hamzah B, Uno,M.Pd, 2008:7)‎
‎4.‎    Konsep Pembelajaran Beraktivitas Siswa.‎
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu ‎pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktiivitas siswa ‎secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek ‎kognotif, afektif, dan psikomotor secara berkembang, aktivitas ini dapat ‎berupa aktivitas fisik,mental maupun keduanya dan pembelajaran berorientasi ‎aktivitas siswa ini merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar, dimana ‎anak terutama mengalami intelektual emosional disamping keterlibatatan fisik ‎didalam proses belajar mengajar.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:120).‎
Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar ‎beraneka ragam, seperti mendengarkan ceramah,mendiskusikan,membuat suatu ‎alat, membuat laporan pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. ‎Keaktifan siswa yang berbeda-beda ini dapatlah dikelompokkan atas aktivitas ‎yang bersifat fisik dan aktivitas yang bersifat non fisik, seperti mental, ‎intelektual dan emosional.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:121).‎
Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari ‎pembelajaran berorientasi siswa adalah untuk membantu peserta didik agar ‎bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memmperoleh pengetahuan, ‎keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang ‎mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional  maka ‎pembelajaran aktivitas siswa adalah pendekatan yang paling sesuai untuk ‎dikembangkan.‎

‎5.‎    Peran Guru Dalam Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dilihat dari segi guru ‎merupakan suatu strtegi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan ‎belajar mengajar berlangsung secra optimal, Dalam implementasi pembelajaran ‎berorientasi aktifitas siswa, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber ‎belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang ‎lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena ‎itu, penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa menuntut guru untuk ‎kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya ‎dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan ‎yang dapat dilakukun guru, diantaranya adalah :‎
a)‎    Adanya usaha untuk membina dan mendorong subjek didik dalam ‎menigkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif
b)‎    Adanya kemampuan guru untuk melakukan peran sebagai innovator ‎maupun motivator terhadap hal-hal baru dibidang masing-masing ‎dalam proses belajar mengajar
c)‎    Adanya sikap tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar
d)‎    Adnaya pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut ‎cara,irama maupun tingkat kemampuan masing-masing.‎
e)‎    Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam strategi ‎belajar mengajar dan menggunakan multimedia maupun ‎multimetode dalam proses belajar mengajar.(Drs.H.Abu Ahmadi-‎Drs. Joko Tri Prasetya:1997:130)‎
 
BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan-penjelsan diatas dapat di simpulkan
‎1.‎    Strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana ‎yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. ‎Secara ‎
‎2.‎    Jenis-jenis atau model strategi pembejaran yaitu:metode ceramah, metode ‎Tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas belajar(resitasi), ‎metode demonstrasi dan eksprimen, metode kerja kelompok, metode ‎sosiodrama dan bermain peranan, metode karyawissata, metode mengajar ‎beregu dan metode proyek(unit).‎
‎3.‎    Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagi berikut:‎
a)‎    Mengajar harus bedsarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, apa ‎yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang ‎akan di ajarkan, hal ini sangat penting agar proses bvelajar mengajar ‎dapat berlangsung secara efektif dan efisien.‎
b)‎    Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis, hal ‎ini dapat menarik minat sekaligus memotivasi belajar.‎
c)‎    Mengajar harus mempehatikan individual siswa.‎
d)‎    Kesiapan (readinees) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan ‎mengajar.‎
e)‎    Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
f)‎    Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.‎
‎4.‎    Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari ‎pembelajaran berorientasi siswa adalah untuk membantu peserta didik agar ‎bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memmperoleh ‎pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya ‎kepribadian yang mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan ‎nasional  maka pembelajaran aktivitas siswa adalah pendekatan yang paling ‎sesuai untuk dikembangkan.‎
‎5.‎    Dalam implementasi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, guru tidak ‎berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan ‎materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana ‎memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran ‎berorientasi aktifitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan inovatif ‎sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya dengan gaya dan ‎karakteristik belajar siswa.‎
 
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Tri Prasetya, Joko, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, ‎CV. Pustaka Setia.‎
Hamalik, Oemar, 2010, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan ‎Sistem, Jakarta, PT.Bunmi Aksara
Hamalik, Oemar, 2010, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, PT.Bunmi Aksara‎
Sagala, Syaiful, 2008, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung, CV. Alfabeta ‎
Uno, Hamzah B, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta, PT Bumi Aksara‎
Zaini, Hisam, Munthe, Bernawy, dan Ayu Aryani, Sekar, Strategi Pembelajaran ‎Aktif, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, ‎

[Read More...] - STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIFITAS SISWA

10 Maret 2011

Sejarah Pendidikan Islam Sejak Nabi Adam

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarih , yang menurut bahasa artinya ketentuan ‎masa, sedang menurut istilah berarti “keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada ‎masa sekarang”, dan dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti “pengalaman masa ‎lampau dari pada umat manusia” (the past experience of mankind), sayyid quttub juga ‎mengatakan bahwa sejarah bukanlah peristiwa—peristiwa ,melainkan tafsiran peristiwa –‎peristiwa itu, maka sejarah pendidikan Islam adalah keterangan -keterangan mengenai ‎pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain,sejak jaman ‎lahirnya islam sampai sekarang

Oleh karena itu, Sejarah Pendidikan Islam dimulai sejak sebelum diutusnya nabi ‎Muhammad SAW ke dunia, yakni sejak nabi Adam pun Pendidikan Islam telah ada, akan tetapi ‎banyak para sejarawan seperti Harun Nasution berpendapat bahwa pendidikan Islam dimulai ‎sejak diutusnya nabi Muhammad SAW ke dunia dengan membawa ajaran Islam , kedua ‎pendapat ini tidak salah akan tetapi penulis lebih sependapat bahwa pendidikan Islam dimulai ‎sejak nabi Adam diturunkan kebumi, karena pesan substansial yang disampaikan oleh pendidikan ‎Islam adalah nilai-nilai ke—Tauhidan, dan semenjak nabi Adam telah disampaikan nilai –nilai ‎ketauhidan kepada Manusia, hanya saja pada saat itu Islam belum diverbalkan sehingga ini yang ‎menjadi pemicu perbedaan tersebut. ,seperti di dalam alqura’an surat Al-baqoroh ayat 30-38.‎
‎     ‏
Artinya :‎
‎30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak ‎menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak ‎menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan ‎menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan ‎mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ‎ketahui."‎
‎31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian ‎mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-‎benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"‎
‎32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang ‎telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha ‎Bijaksana[35]."‎
‎33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka ‎setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah ‎sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan ‎mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"‎
‎34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada ‎Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk ‎golongan orang-orang yang kafir.‎
‎35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah ‎makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu ‎dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.‎
‎36. lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan dikeluarkan dari Keadaan ‎semula[39] dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, ‎dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ‎ditentukan."‎
‎37. kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya, Maka Allah menerima ‎taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.‎
‎38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku ‎kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas ‎mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".‎

Surat al-a’raf ayat 19-20‎

Artinya ‎
‎19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta ‎makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu ‎berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim."‎
‎20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada ‎keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak ‎melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat ‎atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".‎

Menurut Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya bahwa Mujahid meriwayatkan keterangan ‎Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib yang mengatakan : ”Adam diturunkan dari surga ke ‎bumi di negeri India.” Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa ‎Hawa diturunkan di Jeddah (Arab : Nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. ‎Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa iblis diturunkan di negeri ‎Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith. Riwayat lain menyebutkan, ‎Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah. Sedangkan riwayat lain ‎menyebutkan Adam AS diturunkan di antara Makkah dan Thaif. Ada pula yang berpendapat ‎Adam di turunkan di daerah India, sementara Hawa diturunkan di Irak.
Al-quran sendiri tidak menerangkan secara jelas dimana Adam dan Hawa diturunkan. Alquran ‎hanya menjelaskan tentang proses diturunkanya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah ‎‎[2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.‎

Setelah kita sedikit mengulas tentang kisah nabi Adam didalamnya banyak terndapat ‎suatu nilai pendidikan yaitu di antaranya Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-‎perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau ‎belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana ‎telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - ‎keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan ‎dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada ‎mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.‎
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan ‎fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa ‎dan khilaf.Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia ‎yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari ‎sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya ‎tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh ‎keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama ‎yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.‎
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa ‎tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan ‎kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya ‎dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar ‎dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.

Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang ‎turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh ‎Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga ‎hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia ‎menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud ‎menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.‎
Dari sedikit penjelasan penjelsan diatas bias kita simpulkan bahwasannya  

Pendidikan Islam yang berlangsung sebelum Nabi Muhammad di utus kebumi dan memilki ‎orientasi penanaman nilai—nilai ketauhidan, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, Nabi ‎Musa AS, Nabi Nuh AS, Nabi Isa AS dan para Nabi yang lain, akan tetapi pada masa mereka ‎Pendidikan Islam hanya di sampaikan kepada Umat beliau saja, dan ini sesuai dengan peran ‎mereka, beda halnya dengan pada Masa Nabi Muhammad Pendidikan Islam disampaikan kepada ‎semua Umat, hal ini senada dengan Firman Allah “Inna Arsalnaka Illa Rahmatan Lil Alamin”,‎

[Read More...] - Sejarah Pendidikan Islam Sejak Nabi Adam

5 Maret 2011

tafsir surat annisa ayat 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Balakang

Surat An-Nisa adalah surat yang turun di Madinah. Dinamakan An-Nisa karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta  yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan yang lain. Surat ini bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh dalam menghapuskan sifat-sifat jahiliah yang darinyalah kelompok muslim ini dan mencabut akar-akarnya, dan dalam membentuk sifat-sifat masyarakat muslim, serta membersihkannya dari sisa-sisa kejahiliahan.
hakikat keberadaan manusia diatas sendi kekeluargaan dan hubungannya dengan tali rahim. Dihimpunnya semua unsur ini didalam hati nurani manusia dan dijadikannya titik pusat untuk mengatur masyarakat islam di atas fondasinya. Juga dipelihara golongan lemah melalui rasa soladaritas antar keluarga, yang bertuhankan Sang Maha Pencipta Yang Maha Esa; dan dipeliharanya masyarakat ini dari kekejian,kezaliman, dan fitnah; serta diaturnya keluarga mislim,masyarakat muslim, dam seluruh manusia muslim diatas prinsip kesatuan rububuiyyah dan kesatuan kemanusian.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(An-Nisa:1)
Hakikat besar yang terkandung dalam suarat An-Nisa;1 ini melukiskan kaidah pokok dalam tashawwur islami,yang menjadi berpijaknya kehidupan bersama. Dan kami berharap dapat membahas secara rinci dalam pembahasan ini.

B.    Rumusan Masalah

1.    Bagaimana tafsir  surat An-Nisa ; ayat 1?
2.    Apa sajakah pelajaran dalam kandungan surat An-Nisa : 1?



BAB II
PEMBAHASAN

1.    Tafsir surat An-Nisa : 1

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Allah Swt, berfirman memerintahkan kepada mahluk-Nya agar bertakwa kepad-Nya. Juga mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yamg telah menciptakan mereka dari seorang diri berkat keuasaan-Nya orang tersebut adalah adam a.s.
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا (النساء : ١)
Artinya : dan daripadanya Allah menciptakan istrinya (An-Nisa:1)
Siti hawa a.s diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk sebelah kiri bagian belakang Adam a.s. ketika Adam a.s sedang tidur. Saat Adam a.s terbangun, ia merasa kaget setelah melihatnya, lalu ia langsung jatuh cinta kepadanya. Begitu juga sebaliknya. Siti Hawa langsung jatuh cinta kepada Adam a.s.
Dalam hadits shahih disebutkan:
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَِإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلْعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ وَفِيْهَا عِوَجٌ
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang peling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.” (HR. Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاء (النساء : ١)ً
Artinya ; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan. (An-Nisa:1)
Allah mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan dari Adam da Hawa. Lalu menyebarkan mereka ke seluruh dunia dengan berbagai macam jenis,sifat, warna kulit, dan bahasa mereka. Kemudian setelah itu hanya kepada-Nya mereka kembali dan dihimpunkan.
(النساء : ١) وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ
Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. (An-Nisa:1)
Maksudnya bertakwalah kamu kepada Allah dengan taat kepada –Nya .
Ibrarhim,Mujahit, dan Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ (النساء : ١)
Artinya : yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, (An-Nisa:1)
Yakni seperti dikatakan “Aku meminta kepadamu dengan nama Allah dan hubungan silaturahmi.”
Menurut Ad-Dahlak makna ayat adalah bertakwalah kalian kepada Allah yang kalian telah berjanji dan berikrar dengan menyebut nama-Nya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersilaturahmi. Dengan kata lain,janganlah kamu memutuskannya, melainkan hubungkanlah dan berbaktilah untuknya.
Salah seorang ulama membaca Al-arhama menjadi Al-arhami yakni dengan bacaan jer karena di atofkan kepada domir yang ada pada bihi. Dengan kata lain kalian meminta satu sama lain dengan menyebut nama Allah dan hubungan silaturahmi. Demikialah yang dikatakan oleh mujahid dan lain-lainnya
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء : ١)
Artinya : Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa:1)
Dia mengawasi semua keadaan dan semua perbuatan kalian. Seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

والله على كل شيء شهيد. (المجاد له : ٦)
Artinya: Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Mujadilah : 6)
Di dalam sebuah hadits sahih disebutkan:
اعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya : Sembahlah tuhanmu seakan-akan kamu melihat-Nya; jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia mlihat kamu. Hal ini merupakan petunjuk dan sekaligus sebagai peringatan, bahwa diri kita selalu berada di dalam pengawasan Allah swt.
Allah swt. Telah menyebutkan bahwa asal mula makhluk itu dari seorang ayah dan seorang ibu. Makna yang dimaksud ialah agar sebagian dari mereka saling mengasihi dengan sebagian yang lain, dan menganjurkan kepada mereka agar menyantuni orang-orang yang lemah dari mereka.

2.    Pelajaran yang terkandung dalam suart An-Nisa : 1

a.    Mengingatkan kepada kita agar senantiasa bertakwa kepada Allah dan mengingatkan akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan manusia dari satu iradah itu berhubungan dalam satu rahim, bertemu dalam satu koneksi, yang telah menciptakan manusia dari satu iradah ini niscaya akan sirnalah dalam perasaan mereka semua perbedaan-perbedaan golongan, ras, kasta,warna kulit, kebangsaan yag muncul dalam kehipan kita.
b.    Menjaga kekeliruan-keliruan pandangan yang menyakitkan dan merendahkan wanita. Yaitu, pandangan yang menggambarkan wanita dengan aneka gambaran yang hina, dan menganggap mereka sebagai sumber kekotoran dan kenajisan, kebrukan dan bencana padahal dia juga berasal dari “diri” yang pertama itu dengan fitrah dan tabiatnya, yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi “istri” baginya, dan untuk mengembangbiakkan laki-laki dan wanita yang banyak dari keduanya. Karena itu tidak ada perbedaan mengenai asal usul dan fitrahnya.
c.    Menjaga keluarga dengan dipelihara kekeluargaan ini, dikokohkan tali-temalinya, dimantapkan bangunannya, dan dilindungi dari segala hal yang melemahkan bangunan tersebut, serta saling mengisi dan melengkapi sebagian terhadap sebagian yang lain didalam membangun keluarga yang terdiri dari laki-laki dan wanita .dan menjalin dan menjaga silaturahmi.
BAB III
PENUTUP

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang terkandung dalam surat An-nisa : 1.  Yaitu ; agar kita senan tiasa bertakwa kepada Allah swt, dan mengingat akan kekuasan-Nya yang telah menciptakan manusia dari satu iradah,yang bersumber dari satu asal usul. Dan menjaga kekeliruan pandangan yang menyakitkan dan merendahkan seorang wanita. Serta membangun keluarga dan memeliharanya serta menjalin silaturahmi dan menjaganya.

DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Quthb,  Tafsir Fi Zhilalil-Qura’an, Darusy-Syuruq,Beirut, 1992
Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Sinar baru algesindo






[Read More...] - tafsir surat annisa ayat 1

Rasmul Qura'an dalam perdebatan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman  pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.[16]
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah), mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah  tentang tatacara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, “bahwa tlisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.
Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Qur’an, dan tentang pendapat rasmul qur’an serta kaitannya dengan qiaraah. Untuk lebih jelasnya pada bab selanjutnya akan dibahas secara terperinci.

B.    Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian rasmul qur’an?
2.    Apa pendapat para ulama tentang rasmul qur’an?
3.    Bagaimana kaitanya rasmul qur’an dengan qiraah?
C.    Tujuan Penulisan

Makalah ini dimaksudkan agar kita lebih mengerti tentang ilmu al qur’an, khususnya tentang  ilmu rasmul qur’an. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya bagi diri kami sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN

I.    Pengertian Rasmul Qur’an

Rasmul  Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan.  Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :
a.    Al–Hadzf(membuang,menghilangkan,atau meniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (يَََآَ يها النا س ).
b.    Al – Jiyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jama’ (بنوا اسرا ئيل ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu (  تالله تفتؤا).
c.    Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya, contoh (ائذن ).
d.    Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata (الصلوة).
e.    Washal dan fashl(penyambungan dan pemisahan),seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung ( كلما ).
f.    Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,(ملك يوم الدين ). Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alif(yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat(yakni dibaca satu alif).


II.    Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an

Para ulama telah berbeda pendapat mengenai status rasmul Al-Qur’an ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi.yang mana mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menginformasikan bahwa nabi pernah berpesan kepada mu’awiyah,salah seorang seketarisnya, “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Merekapun mengutip pernyataan Ibnu Mubarak :“Tidak seujung rambutpun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh mereka (para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”.
Sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh ustman dan diterima umat,sehingga wajib diikuti dan di taati siapapun yang menulis alqur’an. Tidak yang boleh menyalahinnya, banyak ulama terkemuka yang menyatakan perlunya konsistensi menggunakan rasmul ustmani.
Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf ‘Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi). Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm ‘Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama).
 Ulama yang tidak mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm imla’i). Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an.

III.    Kaitan Rusmul Qur’an Dengan Qira’at

Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada baris harakat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.
 Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’an.Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an yang ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu.
Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada yang menyalahinya.
Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan   untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qur’an.Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.

B.    Kritik dan saran

Dari pemaparan kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan dalam penuliasan,oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami bisa belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya kami mohon maaf.
 

[Read More...] - Rasmul Qura'an dalam perdebatan